Jumat, 30 November 2012

Karma Dari Menggoda Gadis

di jaman dinasti Ching, ada seorang pemuda yang bernama Cau Yung Cen. Ada seseorang yang meramalnya dan berkata, “Pada kelahiran yang lampau anda banyak melakukan kebajikan, maka pada kelahiran ini, disaat anda berumur 23 tahun akan berhasil lulus ujian. Kalau anda lebih banyak berbuat kebajikan, maka rejeki anda akan tiada batas”.

Tetapi saat mengikuti ujian, Cau Yung Cen mengalami kegagalan, maka dia pergi ke kuil Wen Chang Ti Cin untuk memohon petunjuk.

Pada malam hari, dia bermimpi bahwa Dewa memarahinya dan berkata, “Kamu seharusnya dapat lulus ujian, tapi karena kamu sering menggoda pelayan dan merayu gadis sebelah, maka kejayaanmu telah dihapus”.

Cau Yung Cen berkata, “Tapi saya kan tidak bisa dikatakan telah berzinah dengan mereka?”
Dewa menjelaskan kepadanya, “Walaupun perbuatanmu itu bukanlah berzinah, tapi dianggap dosa perzinahan. Walaupun kamu tidak berhubungan intim dengan mereka, tapi hatimu telah dikotori oleh pikiran sex. Mata melihat yang bukan-bukan juga disebut telah bezinah, maka dengan demikian semua kejayaan telah hilang. Apalagi sewaktu kamu menggoda mereka, kamu memegang pundak mereka, menarik pakaian mereka, saya bertanya kepadamu, sewaktu kamu menggoda mereka, didalam hatimu berpikir tentang apa? Masih berani melawan kata-kataku!”

Cau Yung Cen barulah sadar dan menyesal, dia menangis dan berjanji, “Mulai hari ini mataku tak kan melihat lagi hal yang sesat, hatiku tak kan timbul pikiran yang tak karuan lagi, kalaulah aku melanggarnya, aku bersedia tubuhku terbagi menjadi dua”.

Dewa berkata kepadanya, “Kamu telah bertobat, jikalau kamu dapat menasehati manusia agar berbuat banyak kebaikan, maka seluruh kejayaanmu akan kembali lagi, dan kelak rejekimu akan terus mengalir tiada hentinya”.

Yung Cen terbangun dari mimpinya. Sejak saat itu juga dia lebih waspada dan berhati-hati, tidak melakukan segala kejahatan, banyak berbuat kebaikan dan disaat usia 26 tahun, dia lulus ujian.
Maka dia amat berterima kasih kepada Tuhan dan lebih giat lagi memupuk jasa pahala dan mencetak buku pantang berzinah untuk disebarluaskan ke seluruh tempat.

Empat tahun kemudian, dia naik pangkat menjadi wakil pejabat dan naik lagi menjadi ketua pejabat. Dan semua keturunannya juga mendengar nasehatnya, sehingga mereka semua berhasil mencapai kejayaan.

Wu Ik Ce membuat syair,

“10 kejahatan, satu kebajikan, bagaimana ini?
Rupanya bertobat paling besar pahalanya,
Setelah bertobat, tak boleh bertobat lagi,
Berbuat salah lagi ? bertobat... Apalah gunanya,
Sekali bersalah, tak boleh terulang lagi,
Janganlah takut kelebihan memupuk pahala,
Sungguh hati bertobat, itulah budiman adanya,
Anak cucu mendapat rejeki yang tiada batasnya”.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes