Jumat, 30 November 2012

Saudara Kembar Yang Berbeda Nasib

menceritakan sepasang saudara kembar yang bermarga Kao. Sang abang bernama Kao Siau Piau dan adiknya bernama Kao Siau Ci. Mereka berdua memiliki wajah yang amat serupa dan malahan mereka bersekolah, menikah dan mempunyai anak pada saat yang sama pula.

Setelah berusia 20 tahun, pernah sekali mereka berdua pergi mengikuti ujian kecamatan, lalu menginap di satu losmen.

Dalam losmen itu ada seorang janda cantik yang kesepian. Melihat Siau Piau yang amat tampan, timbul niatnya untuk menikah lagi.

Lalu janda muda itu langsung memasuki kamar Siau Piau dan mengutarakan maksudnya, namun Siau Piau menasehatinya dan berkata, “Antara pria dan wanita tidak boleh sembarangan, apabila tiada urusan jangan datang ke kamar saya, kalau orang-orang salah paham, dapat merusak nama baik kita”.

Janda muda itu tak peduli, malahan menjadi sering datang ke kamarnya, sehingga membuat Siau Piau lebih tegas lagi menolak janda itu dan memberitahu adiknya, “Di penginapan ini ada seorang janda muda yang sering menggoda saya, tapi telah kutolak dengan tegas. Kamu harus berhati-hati, jangan sekali-kali melakukan hal yang memalukan sehingga merusak kebajikan leluhur kita”. Dan Siau Ci pura-pura menyetujuinya.

Dihari lain saat janda muda itu datang lagi untuk menggoda, Siau Ci menggunakan kesempatan itu untuk memuaskan nafsu bejatnya.


Karena wajah kakak beradik itu bagi pinang dibelah dua, sama dan serupa, maka janda itu sama sekali tidak sadar, bahwa yang bersama dengannya adalah Siau Ci bukan Siau Piau.
Pada saat pengumuman hasil ujian dipasang, ternyata Siau Piau lulus ujian dan Siau Ci tidak lulus ujian.

Siau Ci bukannya menyesal atas segala perbuatannya, malah menipu janda muda itu lagi dan berkata, “Saya telah berhasil lulus ujian, nanti tahun depan pada musim semi ada ujian tingkat propinsi apabila saya berhasil lulus, pasti saya datang untuk melamar dirimu”.

Janda muda itu amatlah percaya akan kata-katanya, malah memberi barang-barang yang berharga kepada Siau Ci.

Tahun berikunya pada musim semi, Siau Piau ternyata dapat lulus ujian tingkat propinsi, dan janda muda itu mendengar kabar gembira ini, lalu menunggu lamaran dari Siau Piau.

Namun hari demi hari terus berlalu, juga tiada kabar beritanya. Janda muda itu menjadi sedih, marah dan benci, sehingga membuatnya jatuh sakit dan meninggal dunia. Sebelum meninggal, dia menulis surat untuk Siau Piau.

Disaat menerima surat itu, Siau Piau amat terkejut, dalam hati berpikir, mungkin ini semua adalah perbuatan adiknya.

Maka dengan membawa surat itu, dia bertanya kepada Siau Ci. Siau Ci tidak dapat berkata apa-apa lagi selain mengakui perbuatannya.

Akhirnya nasib Siau Ci berakhir dengan mengenaskan, putranya tewas dan dia sendiri menjadi buta dan menemui ajalnya dalam penderitaan.

Sebaliknya, Siau Piau hidup panjang umur dan sehat, anak cucunya juga hidup dalam kemuliaan dan ketenaran.

Wang Ci Ce, sambil menghela nafas dan berkata,

“Lahir dengan wajah serupa,
Mendapatkan pendidikan yang sama pula,
Hanya karena berzinah dengan seorang janda,
Akibatnya nasib mereka berlainan,
Pembalasan akibat berzinah demikian cepatnya”.

Peribahasa sering berkata, “Hidup dan mati ditentukan oleh nasib, namun menilik dari cerita diatas, dapat diketahui bahwa nasib ditentukan oleh hati dan perbuatan manusia itu sendiri.
Maka Po Yin Ci menulis sajak yang berbunyi,

“Ramalan nasib walau tepat, namun sulit dipastikan,
Kaya atau miskin timbul pada saat yang sama,
Baik atau jahat sesuai dengan satu niat saja,
Akibatnya, ribuan keberuntungan atau kemalangan”.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes